Sunday 21 June 2009

Tragedi Kudeta Tidak Berdarah KAMMI

Zain Pembebas mengirim pesan kepada anggota PEJUANG ISLAM SEJATI.

Dari: syarifudin_demak
Kepada: jurnalisme@yahoogro ups.com
Terkirim: Rabu, 17 Juni, 2009 11:43:53
Topik: Tragedi Kudeta Tidak Berdarah KAMMI

Mungkin publik Indonesia tidak tahu fakta terbaru, KAMMI (Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia) telah "diplekoto" PKS (Partai Keadilan Sejahtera).
Plekoto merupakan kosakata Jawa yang artinya kurang lebih ialah dianiaya
habis-habisan, diperas kemampuannya habis-habisan, ditelikung dari belakang,
ditelanjangi terang-terangan di depan public, dizolimi dengan "kekerasan" paling
vulgar.

Independensi KAMMI yang selama ini coba dibangun sejak organisasi mahasiswa itu
berdiri sebelas tahun silam, telah ternoda. Parahnya, penghancuran itu tidak
dilakukan oleh pihak luar tapi "orangtua" KAMMI sendiri, dan itu adalah PKS.
Lebih parah lagi, itu dilakukan menjelang pemilihan umum (pemilu) presiden.
Apalagi alasannya kalau bukan karena terkait dukung mendukung salah satu calon
presiden dan wakil presiden.

Dalam hal ini tentu PKS merupakan pendukung pasangan calon presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dan calon wakil presiden Boediono. Sedangkan KAMMI berupaya
bersikap independen sesuai dengan fatsun gerakan KAMMI yang memang independen.
KAMMI "dipaksa" mendukung pasangan SBY-Boediono. Tentu saja KAMMI menolak tegas
"paksaan" itu.

KAMMI dibawah kepengurusan Ketua Umum KAMMI Pusat Rahman Toha B memilih untuk
tetap mengusung isu "Anti Neoliberal". Siapa pun pemimpinnya, KAMMI tetap
menegaskan sikap anti neoliberalnya. Pada beberapa calon presiden dan wakil
presiden selain SBY-Boediono, Rahman Toha memang pernah bertemu dan
mendiskusikan tentang apa visi dan misi kepemimpinan mereka jika terpilih.
Beberapa forum diskusi public itu difitnah untuk mendapatkan kepentingan
pribadi.

Langkah ini juga difitnah sebagai bentuk manufer politik untuk mendapatkan dana
atau lainnya. Padahal, Rahman Toha memiliki agenda untuk mengkonfirmasi visi
kepemimpinan semua calon presiden, termasuk SBY-Boediono juga. Sayangnya, agenda
pertemuan dengan SBY-Boediono pada pekan depan itu tidak terwujud karena
kader-kader KAMMI kaki tangan PKS kini telah "mengkudeta" Rahman Toha dan
pengurus pusat yang sah.

PKS melalui jaringan mereka di daerah dan pusat berupaya "memplokoto" KAMMI,
mulai dari struktur tertinggi hingga terendah. Mereka hendak membawa KAMMI
mendukung salah satu calon presiden dan wakil presiden. Dan itu jelas ditolak
mentah-mentah oleh Rahman Toha. Independensi KAMMI dan perjuangan melawan
kekuatan neolib adalah harga mati yang bisa ditawar-tawar lagi. Meskipun
taruhannya adalah "kudeta tidak berdarah" tanpa mengindahkan kaidah organisasi
KAMMI.

Selasa (16/6) kemarin adalah agenda KAMMI Pusat melakukan Rapimnas (Rapat
Pimpinan Nasional) di Bekasi. Namun agenda Rapimnas itu "ditelikung" oleh oknum
petinggi KAMMI Pusat yang menjadi "kaki tangan" PKS. Dari sekitar 45 KAMMI
Daerah (kamda), lebih dari 30 kamda "dibujuk" untuk tidak hadir dalam Rapimnas
di Bekasi. Anda harus mencermati kata "dibujuk" ini tentu dengan berbagai
"kompensasi" yang mereka dapatkan.

Akhirnya sekitar 20-an pengurus pusat KAMMI ditambah puluhan panitia
penyelenggara Rapimnas, duduk lemas lunglai melihat bahwa hampir 70% pengurus
kamda "berpindah" tempat Rapimnas ke sebuah tempat yang "dirahasiakan" di
Jakarta. Menurut saya, mereka yang datang ke Rapimnas KAMMI di Bekasi adalah
pejuang sejati independensi KAMMI dan anti neoliberal. Demikian juga sebaliknya.

Ini benar-benar cara yang paling kasar untuk menelikung kepemimpinan KAMMI Pusat
yang sah secara konstitusional dan legal di mata hukum negara.

Sebagai Ketua Umum KAMMI Pusat, Rahman Toha tidak "mendapat" ruang sedikit pun
untuk menjelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi pada kader-kader di bawah.
Padahal Rapimnas adalah ruang yang paling pantas untuk menjelaskan semua duduk
permasalahan secara kesatria. Namun kenyataan pahit justru didapat, "kudeta" itu
terlalu cepat untuk dapat dihindari lagi.

Karena "korban terfitnah" tidak mendapatkan ruang memberi penjelasan, maka yang
terjadi adalah kasak kusuk internal organisasi yang itu kemudian meluas menjadi
bola panas dan mendapat "restu" PKS yang sudah kecewa karena KAMMI memilih
bersikap independen dan anti neoliberal. Kasak-kusuk itu pun telah menjadi
fitnah dan ghibah yang itu lebih kejam dari pembunuhan dan lebih buruk daripada
memakan bangkai saudaranya sendiri.

Beberapa fakta yang ada ialah beberapa orang petinggi KAMMI kecewa dengan Rahman
Toha, tapi kekecewaan itu tak terkomunikasikan dengan baik sehingga terjadi
konspirasi tidak sehat untuk menjatuhkan kepemimpinan Rahman Toha. Kekecewaan
itu ada berbagai alas an, karena memang berbagai alas an bisa dibuat.

Tapi secara organisasional, "mereka" tidak memilih logika organisasi yang telah
telah disepakati dalam setiap Muktamar sebelumnya, untuk menjatuhkan
kepemimpinan seseorang. Surat kudeta pemecatan terhadap Rahman Toha itu keluar
sebelum Muktamar Luar Biasa digelar. Inilah pelanggaran besar dalam "kudeta"
tersebut. Seharusnya pemecatan itu terjadi dalam Muktamar Luar Biasa agar proses
tabayun berjalan dengan adil. Tidak ada proses penjelasan apa pun dalam kudeta
tersebut. Tanpa ba-bi-bu, Rahman Toha dan pengurus pusat dipecat.

Mereka lebih memilih "menelikung" dari belakang, menusuk dari belakang punggung
seseorang. Dan tragisnya, mereka yang melakukan adalah orang-orang yang selalu
mengajarkan "tabayun" atau mengklarifikasi masalah secara langsung pada
orangnya, bukan dari sumber rumor dan fitnah.

Lebih tragis lagi, kudeta itu dilakukan oleh teman-teman dekatnya sendiri.
Sekali lagi terbukti kata pepatah, musuh paling berbahaya adalah teman terdekat
kita, karena merekalah yang tahu setiap titik kelemahan terkecil kita.

Mereka menodai ajaran-ajaran baik yang selalu didengung-dengungka n, mulai
tentang masalah "tabayun", jangan ghibah, dan jangan memfitnah. Jikapun
kepemimpinan seseorang dijatuhkan, seharusnya, jika memiliki etika berpolitik
dan berorganisasi yang santun, tidak melalui cara yang amat sangat menodai
independensi KAMMI sebagai sebuah organisasi mahasiswa yang telah dibesarkan
dengan keringat dan air mata.

Rahman Toha dan kepengurusan pusat KAMMI saat ini telah "dipecat" atau
"dikudeta" dari para anggota KAMMI yang selalu mengatakan dirinya independen
namun sebenarnya tidak independen. Kemunafikan banyak kader KAMMI itu sekarang
terungkap dengan jelas saat ini. Siapa yang independen dan siapa yang memang
menjadi penjilat sebuah institusi partai politik, telah dinampakkan dengan jelas
di depan kita sekarang.

Muktamar Luar Biasa KAMMI sekarang, hari Rabu (17/6) sedang digelar untuk
"mengkudeta" Rahman Toha yang rela dikhianati kader-kader KAMMI sendiri yang
"selalu mengaku" independen. Dia menolak melakukan "perlawanan" atas kudeta
tidak berdarah itu. Dia memilih jalan damai karena tidak menginginkan perpecahan
lebih jauh dalam organisasi yang turut dibesarkannya dalam satu dekade terakhir.

Dan dia dengan legowo turun agar semua orang mendapat pelajaran berharga tentang
banyak hal, mulai dari pengkhianatan hingga kemunafikan.

"Alhamdulillah. .akhirnya amanah ini berakhir lebih cepat dari yang saya
rencanakan.. .. Mohon maaf buat semua kader KAMMI di seluruh Indonesia..dan
terimakasih sebesarnya atas semua bantuan, suport dan doanya... semoga tetap
konsisten berada di garis independesi, netralitas dan keterbukaan pemikiran..
Tetaplah di garis melawan rezim Neoliberal serta capres/wapres neoliberal.. .,"
itulah kalimat yang tertulis di status Facebook Rahman Toha, di detik-detik
kudeta terhadapnya.

Maka, jika suatu saat anda mendengar ocehan tentang independensi KAMMI, lebih
dari pantas anda tersenyum kecil di hati dan meludah ke arah lain, sambil
mengucapkan "Terima kasih atas informasinya. " [*]
Kamis, 18 Juni 2009, 13:27:14 WIB
Laporan: Yayan Sopyani al-Hadi


Jakarta, RMOL. Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) adalah salah satu gerakan mahasiswa Muslim terbesar di Indonesia selain Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). KAMMI didirikan pada tanggal 29 April 1998 di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur. Pendirian KAMMI berawal dari pelaksanaan Forum Silahturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FS-LDK) X se-Indonesia di Malang.

Anggaran Dasar KAMMI pasal 5 menyebutkan bahwa KAMMI adalah organisasi yang bersifat terbuka dan independen. Namun, banyak kalangan menganggap bahwa KAMMI merupakan underbrow Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Anggapan ini semakin kuat karena sebagian alumni KAMMI menjadikan PKS sebagai pilihan alternatif dan perjuangan politik.

Seiring waktu berjalan, kedekatan PKS dan KAMMI mengalami pasang surut. Dalam milis KAMMI yang terbuka—KAMMI memiliki milis yang tertutup, kammi-clsd—pernah terjadi perdebatan antara Yusuf Caesar (Humas KAMMI Pusat) dengan Novri yang dikatakan Yusuf sebagai alumni KAMMI. Perbedaan pandangan tentang Independensi KAMMI secara konseptual, mengakibatkan retaknya dalam tataran gerakan yang bersifat strategis dan taktis.

Kemarin (17/6), bertempat di Graha Wisata, Kuningan, Jakarta, Pengurus KAMMI 2008-2011 dilengserkan melalui Muktamar Luar Biasa (MLB). Melalui MLB, pengurus teras KAMMI resmi tergusur. Diantara yang dilengserkan itu adalah Ketua Majelis Permusyawaratan Pusat (MPP) Taufik Amarullah, Ketua KAMMI Pusat Rahman Thoha dan Sekjen KAMMI Pusat Fikri Aziz. Diduga, Tifatul Sembiring dan Ketua Pembina Wilayah PKS se-Indonesia, Martri Agung, berada di balik MLB itu. Pasalnya, Tifatul dianggap tersinggung karena demo KAMMI dibawah kordinasi Rahman Thoha yang menolak cawapres Boediono yang diusung PKS. [yan]

ORIFLAME UNIVERSITY

Blog Archive

ALAMAT IP KAMU

streetdirectory.co.id

Muthofar Hadi Sponsor Umroh/Haji

PT Armina Reka Perdana adalah salah satu agen perjalanan Haji/Umrah di Indonesia yang sudah berdiri sejak 1990. Ikuti jamaahnya dan dapatkan kuotanya, Bergabung Klik di sini.